FRASA,
KLAUSA, KALIMAT
STRUKTUR
DAN ANALISISNYA
A.
Pendahuluan
Banyak permasalahan
yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman
dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang belum mengetahui
dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya
begitu dekat daengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat
bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Sebenarnya apa yang
dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas
hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi
kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim,
dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata,
tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70). Istilah
sintaksis (Belanda, syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001:18).
Didalam kajian
sintaksis mencakup kajian-kajian tentang frasa, klausa dan kalimat. Fungsi
sintaksis sendiri adalah berupa subjek, predikat, objek, keterangan dan
pelengkap. Dalam makalah ini kesemuanya akan dikaji dan dijelaskan lebih rinci.
Sehingga, pembaca dapat mengetahui secara lebih mendetail hakikat sintaksis.
B.
Rumusan Masalah
- Apakah jenis fungsi dari sintaksis?
- Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis?
- Apa sajakah macam-macam dari frasa dan strukturnya?
- Apa sajakah macam-macam dari klausa dan srukturnya dalam sintaksis?
- Apa saja macam-macam dari kalimat dan strukturnya?
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah
ini dibuat adalah:
- Untuk mengetahui fungsi sintaksis.
- Untuk mengetahui secara jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
- Untuk mengetahui jenis-jenis frasa dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
- Untuk mengetahui macam-macam klausa beserta strukturnya.
- Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
D.
Pembahasan
1.
Fungsi Sintaksis
Fungsi kajian
sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat,
objek, pelengkap dan keterangan. Dalam blog http://zieper.multiply.com/ memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek
dan pelengkap, serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
a.
Subjek dan Predikat.
1)
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan
pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.
2)
Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3)
Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel -kah.
Predikat dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat
yang memiliki subjek dan predikat adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki
fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
‘Adik(S) sedang
makan(P).’
b.
Objek dan Pelengkap.
1)
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti
nomina.
2)
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau
semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba
intransitif(tidak memerlukan objek).
3)
Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi
subjek.
Berdasar ada
tidaknya objek kalimat dibedakan menjadi kalimat transitif dan intransitif.
Kalimat transitif adalah kalimat yang memerlukan objek. Sedangkan kalimat
intransitif merupakan kalimat yang tidak memerlukan objek.
Contoh kalimat yang
memiliki objek yaitu ‘Kakak sedang memasak sayur-mayur’. ‘Kakak’ berfungsi
sebagai subjek, sedang memasak menduduki fungsi predikat dan ’sayur-mayur’
merupakan objek.
‘Kakak(S) sedang
memasak(P) sayur-mayur(O).’
Untuk kalimat yang
memiliki pelengkap adalah ‘Paman berjualan sayuran’. Subjek diduduki oleh kata
‘Paman’, ‘berjualan’ menduduki fungsi predikan dan ’sayuran’ sebagai pelengkap.
‘Paman(S)
berjualan(P) sayuran(Pel).’
c.
Keterangan.
1)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau
pelengkap.
2)
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
3)
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau
predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang
memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar
induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di pasar induk’ merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’
menduduki fungsi subjek. Kata ‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah-buahan’
adalah fungsi objek.
‘Kemarin(Ket), Pak
Anwar(S) membeli(P) buah-buahan(O) di pasar induk(Ket)’.
2.
Frasa
a.
Pengertian
Dalam kajian
sintaksis, frasa adalah komponen didalamnya. Pengertian frasa sendiri
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan,
frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Frase lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yangbersifat
non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat (http://imam-suhairi.blogspot.com/)
Jadi, dengan kata
lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu
batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan.
Contoh frasa adalah
sebagai berikut,
1)
gedung bertingkat itu,
2)
di luar,
3)
kemarin pagi,
4)
sedang tidur,
5)
yang akan datang,
Jika contoh
tersebut diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
Misalnya.
1)
Gedung bertingkat itu(S) ambruk(P).
2)
Anis(S) bermain(P) di luar(Ket).
3)
Kemarin pagi(Ket), ibu(S) pulang(P).
4)
Ayah(S) sedang tidur(P).
5)
Bule(S) yang akan datang(P) lusa(Ket).
b.
Jenis Frasa
Didalam frasa,
digolongkan menjadi dua jenis. Yaitu, berdasarkan persamaan distribusi dengan
unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
1)
Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua,
yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
a)
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan
oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi
tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah
frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut
tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah
unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa Endosentris
sendiri masih dibagi menjadi tiga.
(1)
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya
adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat
(dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
(a)
rumah pekarangan
(b)
kakek nenek
(c)
adik kakak
(d)
menyanyi atau menari.
(2)
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang memiliki unsur pusat
dan mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang
bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
(a) rumah besar
(b) pensil
baru
(c) anak itu
(d) siang ini
(e) sedang menyanyi
(f)
sangat sedih
Kata-kata yang
dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah unsur pusat, sedangkan
kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
(3)
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah
unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai
aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ridho, anak Pak
Roma, sedang menyanyi.
Ridho, …….sedang
menyanyi.
……….anak Pak Roma
sedang menyanyi.
Unsur ‘Ridho’
merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Roma’ merupakan aposisi.
Contoh lain:
(a)
Solo, kota budaya
(b)
Indonesia, tanah airku
(c)
Bapak Sutarno, ayahku
(d)
Bangkit, sahabatku.
Frasa yang hanya
terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris
koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah
hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi
aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa
endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi
frasa endosentris koordinatif.
b)
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi
dengan unsurnya. Atau dapat diartikan frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan. Frasa ini tidak
mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah orang di
gardu.
Menurut Imam
(2008), Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
(1)
Frase Eksosentrik yang Direktif
Komponen pertamanya
berupa preposisi, seperti “di, ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok
kata yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
(2)
Frase Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya
berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”,
sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau
verba.
Contoh: si kaya,
para remaja kampung
2)
Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
a)
Frasa nomina, frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori
nomina. Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
(1)
nomina sebenarnya
contoh: batu itu
untuk membangun rumah.
(2)
pronomina
contoh: mereka
itu teman saya.
(3)
nama
contoh: Wisnu
itu baik.
(4)
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia malas → malas
itu merugikan
anaknya tiga
ekor → tiga itu sedikit
dia menari→ menari
itu menyenangkan
kata malas pada
kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan tiga ekor
awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang awalnya adalah frasa
verba.
b)
Frasa Verba, frasa yang unsure pusatnya berupa kata verba. Secara morfologis,
unsur pusat frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis,
frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ’sedang’ untuk verba aktif, dan kata
’sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis,
kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata
’sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
c)
Frasa Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa kata ajektifa. Unsur pusatnya
dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya.
Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi.
d)
Frasa Numeralia, frasa yang unsur pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu
kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam
frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan
lain-lain.
Contoh:
lima buah
tujuh ekor
satu biji
lima belas orang.
e)
Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai
penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi)
+ Petanda (kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan rumah
dari kantor
untuk kami
f)
Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung
sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa
adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi)
+ Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus
diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu
Bahasa Insonesia, Sintaksis, Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa
keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori
konjungsi.
Dalam praktiknya,
frasa dan kata majemuk sulit dibedakan. Banyak orang menilai kata majemuk
adalah frasa. Untuk itu perlu dijelaskan bahwa frasa dan kata majemuk itu
berbeda. Dalam blog http://haveza.multiply.com/ frasa dan kata majemuk dapat dibedakan secara lengkap dan
jelas, yakni kata majemuk dan frasa, yang sering ditanyakan perbedaannya, dapat
disimpulkan perbedaannya sebagai berikut:
Kata majemuk
Kata majemuk
a.
Kata majemuk terdiri dari unsur-unsur yang anggotanya tidak dapat dipisahkan
dan tidak dapat disisipi apapun di antara komponennya.
b.
Kata majemuk merupakan suatu keutuhan sehingga jika mengalami proses morfologis
mendapatkan perlakuan sebagai satu bentuk dasar (ketakterluasan).
c.
Komponen-komponen kata majemuk tidak dapat dipertukarkan
Frasa
a.
Frasa terdiri dari unsur-unsur yang anggota-anggotanya dapat dipisahkan oleh
unsur lain dan dapat disisipi apapun di antara komponennya.
b.
Komponen-komponen frasa masing-masing/salah satunya dapat difiksasikan atau
dimodifikasikan (mengalami proses morfologis).
c.
Komponen-komponen frasa dapat dipertukarkan.
3.
Klausa
a.
Pengertian
Klausa ialah unsur
kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji,
113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga
dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan
klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62). Dalam blongnya Rapih
mengungkapkan bahwa.
Klausa adalah
satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi
sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, dan sebagai
keterangan.fungsi yang bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subyek dan
predikat sedangkan yang lain tidak wajib.
Sehigga dapat
ditarik kesimpulan bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya
dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak
wajib. Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak
muncul misalnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak
resmi. Klausa juga berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya
terdapat unsur sintaksis yakni subjek dan predikat.
b.
Jenis Klausa
Ada tiga dasar yang
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1)
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), (3)
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF),
(4) klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat, dan (5)
klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat.
Berikut hasil
klasifikasinya:
1)
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa
berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa,
yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah
S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka
hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut
klasifikasinya:
a)
Klausa Lengkap
Klausa lengkap
ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P menjadi :
(1)
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh :
Kondisinya masih
kritis.
Gedung itu sangat
tinggi.
Sekolah itu masih
rusak.
(2)
Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :
Masih kritis
kondisinya.
Sangat tinggi
gedung itu.
Masih rusak sekolah
itu.
b)
Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak
lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
2)
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P.
Unsur negasi yang
dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P menghasilkan :
a)
Klausa Positif
Klausa poisitif
ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang
pesepak bola tersohor.
Anak itu
mengerjakan PR.
Mereka pergi ke
toko.
b)
Klausa Negatif
Klausa negatif
ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Bambang bukan seorang
pesepak bola tersohor.
Anak itu belum mengerjakan
PR.
Mereka tidak pergi
ke toko.
Kata negasi yang
terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum
tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang
secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P
dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu
apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
3)
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a)
Klausa Nomina
Klausa nomina ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh:
Pamannya petani
di kampung itu.
Bapak itu dosen
linguistik.
b)
Klausa Verba
Klausa verba ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para
korban banjir.
Pemuda itu menolong
nenek tua.
Klausa ini dibagi
menjadi beberapa tipe, yakni:
(1) Klausa
Transitif
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba transitif.
Misal: Adik menulis
surat.
(2) Klausa
Intrasitif
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba intransitif.
Misal: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
Misal: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
(3) Klausa
Refleksif
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba refleksif.
Misal: Kakak sedang
berdandan.
(4) Klausa
Resiprokal
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba resiprokal.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c)
Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah
tua.
Ibu guru sangat
baik.
d)
Klausa Numeralia
Klausa numeralia
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya empat
orang.
Mahasiswanya
sembilan orang.
Temannya dua puluh
orang.
e)
Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah
meja.
Baju saya di dalam
lemari.
Orang tuanya di
Surabaya.
f)
Klausa Pronomia
Klausa pronomial
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh :
Hakim memutuskan
bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan
bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4)
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa
berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a)
Klausa Bebas
Klausa bebas ialah
klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi
kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek
dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah
sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan
perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar
itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Contoh :
Anak itu badannya
panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya
di jalan Ambarawa.
Semua orang
mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
b)
Klausa terikat
Klausa terikat
ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap.
Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto,
pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah
pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan
diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak
menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
5)
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116)
berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan
tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
a)
Klausa Atasan
Klausa atasan ialah
klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika
ayah tiba, kami sedang memasak.
Meskipun
sedikit, saya tahu tentang hal itu.
b)
Klausa Bawahan
Klausa bawahan
ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa
yang lain. Contoh :
Dia
mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika
tidak ada rotan, akarpun jadi.
c.
Analisis Klausa
Klasifikasi dapat
dianalisis klausa berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi
unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan
berdasarkan makna unsur-unsurnya.
1)
Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari
unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur
itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa
hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii
dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional
yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
a)
S dan P
Contoh : Budi(S)
tidak berlari-lari(P) èTidak berlari-lari(P) Budi(S)
Badannya(S) sangat
lemah(P) è Sangat lemah(P) badannya(S)
b)
O dan Pelengkap
P mungkin terdiri
dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal
intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila
terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti
P itu. Contoh :
Kepala Sekolah(S)
akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
Pentas seni(S) akan
dislenggarakan(P) kepala sekolah(O)
c)
Keterangan
Unsur klausa yang
tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket.
Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu
klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P
dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah
tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel
boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P. Contoh :
Akibat banjir(Ket)
desa-desa itu(S) hancur(P)
Desa-desa itu(S)
hancur(P) akibat banjir(O)
2)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa
berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu
disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis
fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis
fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O,
Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri
dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi
Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu
disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari
makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan
makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain.
4.
Kalimat
a.
Pengertian
Satuan bahasa yang
secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan
yang terdiri dari klausa (Cook, 1971: 39-40) dalam (Tarigan, 1983: 5). Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).
Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6).
Kalimat pendek
menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau
keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya
(Wijayamartaya, 1991: 9)
Dapat disimpulkan
bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan
kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
b.
Jenis Kalimat
Kalimat dibedakan
berdasarkan dengan, (1) jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, (2)
jenis response yang diharapkan, (3) sifat hubungan actor-aksi, dan (4) ada
tidaknya unsur negatif pada kalimat utama.
1)
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
a)
Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama
sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat ini biasa diartikan kalimat
yang klausanya tidak lengkap, hanya terdiri dari S/P/O/K saja. Kalimat minor
dibedakan atas:
(1)
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan,
pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam
wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor
berstruktur dibedakan atas:
(a)
Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa
bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja.
(Penyelesainnya terserah kamu saja)
(b) Kalimat
jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas
pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa
itu?) Buku.
(c) Kalimat
sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari
kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Meskipun hujan.
(Dia tetap datang)
(d) Kalimat urutan,
yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga menyatakan bahwa
kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuri, 1985:263)
Contoh: Karena itu,
harga bahan pokok naik.
(1)
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat
pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
(a)
Panggilan. Contoh: Sate!
(b) Seruan,
biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh: Hai!
(c) Judul,
merupakan suatu ungkapan topik atau gagasan.
Contoh: Dampak
negatif penayangan TV.
(d) Semboyan, yaitu
uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan
sebuah klausa.
Contoh: Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh.
(e) Salam
Contoh: Selamat
malam!
(f)
Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau
persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh: Untuk para
pahlawan Indonesia.
b)
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa
bebas. Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat
dibedakan atas:
(1)
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu klausanya
menduduki: salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain atau atribut dari
salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
Yang berbaju merah
muda itu teman saya.
Orang itu wajahnya
sangat tampan.
Polisi telah
mengatakan bahwa penjahat itu kabur.
(2)
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak
menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri, 1985:316).
Contoh: Aku belajar
di kamar, dan ayah menonton televisi.
(3)
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang
klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat
objek, maupun keterangan.
Contoh: Saya
mengerjakan bagian depan, adik bagian belakang.
2)
Berdasarkan respons yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
a)
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi
tanpa mengharapkan respons tertentu.
Contoh: Saya tidak
membawa uang sama sekali.
b)
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing respons yang
berupa jawaban. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?)
dalam bahasa tulisan.
Contoh: Siapa
pemilik buku itu?
c)
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan tanda
seru (!).
Contoh: Marilah
kita berdoa bersama-sama!
3)
Berdasarkan hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
a)
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Subjek
kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan
dengan -i atau -kan.
Contoh: Ayah
membelikan adik roti.
b)
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek
dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat
pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi
dengan sufiks -i dan -kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang
didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh: Rotinya
ditaburi keju.
c)
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku
maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh: Jangan
menyiksa diri sendiri.
d)
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
pebuatan yang berbalas-balasan. (Samsuri, 1985:198).
Contoh: Dua
bersaudara itu saling baku hantam.
4)
Bedasarkan ada tidaknya unsur negatif pada klausa utama, kalimat dibedakan atas
:
a)
Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsur
negatif, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh: Di Ambalat
diresmikan monumen perbatasan.
b)
Kalimat negatif, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsur negatif,
peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan.
(Samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak
berkata bohong.
E.
Simpulan
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis adalah subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan. Sintaksis terdiri dari frasa, klausa, dan kalimat.
Dari frasa, klausa dan kalimat memiliki pengertian dan jenis-jenisnya.
Frasa merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang menempati satu fungsi dan tidak melebihinya.
Sedangkan klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya dua fungsi
sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Untuk
kalimat yaitu satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
DAFTAR
PUSTAKA
http://haveza.multiply.com/reviews/item/5 diakses pada 14 Oktober 2009 pukul 21.03 WIB
http://imam-suhairi.blogspot.com/2009/09/materi-kuliah-pbs-sintaksis.html diakses pada 14 Oktober 2009 pukul 21.03
http://zieper.multiply.com/journal/item/38 diunduh pada 3 September 2009 pukul 15.30 WIB.
Ibrahim, Syukur,
dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan
Nasional Universitas Negeri Malang.
Oka, I. G. N. dan
Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ramlan, M. 2001. Ilmu
Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Verhaar. 2004. Asas-asas
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar